Azyumardi Azra: Umat Islam Perlu Protes Film Fitna
Liputan6.com, Jakarta: Pakar politik Islam, Prof Dr Azyumardi Azra, menilai umat Islam perlu memprotes pembuatan film Fitna oleh politisi sayap kanan Belanda, Geert Wilders, karena bakal melukai 1,3 miliar umat Islam dunia. "Perlu protes, dengan catatan, tetap dilakukan secara santun dan damai, sesuai dengan akhlaqul karimah dalam Islam," kata mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah itu, Senin (31/3).
Umat Islam, ujar Azyumardi, jangan sampai terprovokasi oleh penayangan film tersebut sehingga melakukan hal-hal yang kontraproduktif bagi kepentingan Islam, umat Muslim, dan negara Indonesia. Ia juga melihat sisi positif dari sikap pemerintah Belanda yang menolak film itu karena menyamakan Islam dengan kekerasan.
Menurut Azyumardi, Perdana Menteri Belanda Jan Peter Balkanende yang pernah berkunjung ke Indonesia untuk lebih memahami Islam, sempat mengungkapkan, seharusnya agama menjadi penghubung di antara umat manusia dan menjadi kekuatan positif. "Agama seharusnya tidak menjadi pemisah antar umat manusia dan jangan sampai menjadi sumber konflik dan kekerasan seperti di masa lalu," kata Azyumardi.
Dalam pidatonya ketika datang ke Indonesia, Balkanende mencontohkan bahwa pada abad 16 di Belanda dan Eropa umumnya, juga terjadi konflik sangat keras antara Protestan dan Katolik di mana kaum Protestan diburu. "Menurut Balkanende, sejarah masyarakat agama tak jarang diwarnai konflik, namun masa silam yang pahit itu jangan sampai terulang lagi di masa kini dan mendatang dengan cara berbuat saling menghargai," kata Azyu.
Dialog, kata Azyumardi, adalah cara paling beradab untuk membangun sikap saling menghormati perbedaan, bukan dengan sikap saling mencaci dan saling serang.(IAN/ANTARA)
Liputan6.com, Jakarta: Pakar politik Islam, Prof Dr Azyumardi Azra, menilai umat Islam perlu memprotes pembuatan film Fitna oleh politisi sayap kanan Belanda, Geert Wilders, karena bakal melukai 1,3 miliar umat Islam dunia. "Perlu protes, dengan catatan, tetap dilakukan secara santun dan damai, sesuai dengan akhlaqul karimah dalam Islam," kata mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah itu, Senin (31/3).
Umat Islam, ujar Azyumardi, jangan sampai terprovokasi oleh penayangan film tersebut sehingga melakukan hal-hal yang kontraproduktif bagi kepentingan Islam, umat Muslim, dan negara Indonesia. Ia juga melihat sisi positif dari sikap pemerintah Belanda yang menolak film itu karena menyamakan Islam dengan kekerasan.
Menurut Azyumardi, Perdana Menteri Belanda Jan Peter Balkanende yang pernah berkunjung ke Indonesia untuk lebih memahami Islam, sempat mengungkapkan, seharusnya agama menjadi penghubung di antara umat manusia dan menjadi kekuatan positif. "Agama seharusnya tidak menjadi pemisah antar umat manusia dan jangan sampai menjadi sumber konflik dan kekerasan seperti di masa lalu," kata Azyumardi.
Dalam pidatonya ketika datang ke Indonesia, Balkanende mencontohkan bahwa pada abad 16 di Belanda dan Eropa umumnya, juga terjadi konflik sangat keras antara Protestan dan Katolik di mana kaum Protestan diburu. "Menurut Balkanende, sejarah masyarakat agama tak jarang diwarnai konflik, namun masa silam yang pahit itu jangan sampai terulang lagi di masa kini dan mendatang dengan cara berbuat saling menghargai," kata Azyu.
Dialog, kata Azyumardi, adalah cara paling beradab untuk membangun sikap saling menghormati perbedaan, bukan dengan sikap saling mencaci dan saling serang.(IAN/ANTARA)